Perkembangan Covid-19 di Indonesia dan Lesson Learned from Korea
1.
Perkembangan COVID-19 (per 14 Maret 2020)
Menurut
juru bicara penanganan virus Covid-19, Bapak Achmad Yurianto, per Sabtu (14 Maret 2020) siang
kasus positif di Indonesia telah mencapai
96 pasien, bertambah 27 orang dari jumlah sebelumnya. Sementara pasien yang
sembuh total 8 orang dan pasien meninggal ada 5 orang. Hal ini
menandakan semakin pesatnya penyebaran virus ini di Indonesia.
2.
Data Kenaikan Pasien (per 14 Maret 2020)
Sampai pada 13 Maret 2020, data menyebutkan
pasien positif adalah 28 perempuan; 39 laki-laki dan 2 belum di-publish
identitasnya, sementara 27 kasus baru belum di release identitasnya. Sementara umur
yang paling mendominasi adalah usia 40-60 tahun, kemudian umur 20-40 tahun. Pada
umur 1-20 tahun dilaporkan 2 balita terjangkit Covid-19.
Note: pasien sembuh artinya tidak ada keluhan dan pemeriksaan 2
kali menunjukkan negatif COVID-19
2.
Pola Penyebaran
Masih belum jelas, karena belum di
publish.
3.
Situasi Terkini
Belajar
dari sini, banyak sekali langkah-langkah yang sudah digencarkan baik pemerintah
maupun masyarakat, dan yang paling baru adalah dengan menutup pembelajaran di
sekolah dan himbauan untuk tidak melaksanakan kegiatan dengan jumlah peserta
masal. Hal ini tentunya menjadi kekhawatiran banyak warga Indonesia. Himbauan-himbauan
berikut mungkin sudah sering kita dengar:
1.
Makan teratur (2 atau 3 kali sehari dengan
gizi seimbang)
2.
Makan buah dan sayur
3.
Tidur cukup (7-8 jam sehari)
4.
Tidak begadang
5.
Minum air putih hangat yang cukup
6.
Olahraga teratur, terutama matahari pagi pukul
7-9
7.
Cuci tangan sebelum makan dan bila ingin
menggosok bagian wajah
8.
Memakai masker bila sakit
9.
Tidak bepergian ke luar negeri
10.
Vitamin dan immunomodulator
11.
dsb.
4.
Lesson Learned from KOREA
4.1.
Data Penyebaran di Korea (per 13 Maret 2020)
Korea selatan merupakan negara dengan tingkat infeksi tertinggi
kedua di Asia setelah China, namun dengan tingkat kematian yang lebih rendah
(0,7%) dibandingkan yang dilaporkan oleh WHO (3,4%), walaupun ada anggapan
bahwa tidak semua kasus mungkin dilaporkan.
4.2.
Penyebab Penyebaran
Wabah ini berpusat di satu kota, Daegu, dan khususnya di antara
satu sekte agama, Shincheoji. Anggota sekte ini mungkin membawa virus setelah
kembali dari perjalanan ke Wuhan.
4.3.
Penanggulangan
Kasus COVID-19 yang dikonfirmasi meningkat direspons dengan
kepanikan dan kekhawatiran, namun Korea Selatan mungkin menawarkan model
praktis untuk mitigasi masyarakat.
Korea selatan melaporkan penurunan kasus harian baru setelah
eskalasi berkelanjutan selama beberapa hari yang membuat kasus terkonfirmasinya
melonjak pesat. Pada tanggal 13 Maret 2020, Korea melaporkan 110 kasus baru –
angka terendah sejak puncaknya pada 29 Februari.
Penurunan dalam kasus yang baru dikonfirmasi ini dapat
mencerminkan keberhasilan implementasi strategi Korea Selatan untuk
mengendalikan epidemi COVID-19.
4.3.1.
Surveilans dan Diagnosis
Sebagai respons dari penanggulangan epidemi, pemerintah Korea
Selatan telah menguji semua anggota Shincheoji serta banyak lainnya. Program
pengujian negara ini tersedia untuk semua individu – termasuk imigran yang
tidak memiliki dokumen – gratis dites bagi mereka yang memiliki gejala atau
rujukan dokter. Serta hampir lebih
dari 20.000 ribu orang mendapatkan tes setiap hari, lebih
dari jumlah per kapita lain di dunia. Pemerintah juga memperluas akses, membuat
tes tersedia pada skala besar dalam bentuk drive-thru. Tenaga
kesehatan yang berpakaian pelindung head-to-toe akan mengambil sempel dari lidah
dan hidung. Pasien akan mendapatkan telfon bila hasilnya positif, dan teks bila
hasilnya negatif. Walaupun pendekatan ini menimbulkan beberapa kontroversi,
namun strategi tersebut mungkin bekerja untuk memperlambat penyebaran COVID-19.
Tenaga kesehatan bekerja selama 24 jam. Sampel dari mulut dan
hidung akan dikirimkan ke laboratorium terdekat. Untuk memerangi pandemic ini,
Korea Selatan telah membuat jaringan 96
laboratorium negeri dan swasta untuk mengetes COVID-19. Selain itu,
Korea Selatan juga membuat pelayanana konsultasi telfon.
Ditambah lagi, Korea mendesain dan membuat tes, menghubungkan
jaringan antara laboratoium di seluruh negara dan membuatnya bekerja hanya
dalam waktu 17 hari, walaupun
terdapat kontra karena issue kelelahan pada staff.
Ditambah lagi, tidak ada
kekurangan alat uji di Korea Selatan. Empat perusahaan telah memberikan
persetujuan untuk membuatnya. Ini berarti Korea Selatan memiliki kapasitas
untuk menguji 140.000 sampel seminggu. Keakuratan tes COVID-19 Korea Selatan
dipercaya sekitar 98%. Kemampuan untuk menguji begitu banyak orang telah
membuat negara ini menjadi panutan karena berupaya memerangi wabah dengan kerja
keras sendiri.
Walaupun pada awalnya Korea Selatan salah langkah dalam mengambil
keputusan, yaitu mengkarantina dan merawat semua pasien, yang menyebabkan
kematian dua orang karena menunggu tempat tidur di RS Daegu, namun kemudian
mereka belajar untuk memprioritaskan
perawatan dan karantina untuk pasien kritis dan merawat mereka yang memiliki
gejala ringan di pusat perumahan.
Bisa ditonton disini juga tentang penanggulangan Korea selatan
terhadap COVID-19 https://www.youtube.com/watch?v=NjE8cgRhFf0
4.3.2.
Transparansi
Pemerintah
Korea Selatan secara terbuka dan tepat
waktu menyediakan informasi yang dapat dipelajari.
Kementerian kesehatan Korea menyediakan pembaruan harian dengan jeda 48 jam.
Kenterian kesehatan Korea selatan juga bergerak dengan jelas dan transparan
unuk menangani kasus-kasus yang diidentifikasi. Karantina individu dan / isolasi diberlakukan
dengan cepat, sekolah ditutup beberapa minggu, dan pengetahuan tentang
perawatan yang efektif didokumentasikan.
Pengumuman
tentang komunitas dan wilayah yang terkena
dampak serta dugaan sumber
infeksi dimasukkan ke dalam siaran pers yang diperbarui setiap hari di
tengah malam.
4.3.3.
Pencegahan
Langkah-langkah pencegahan yang diambil di Korea Selatan sejauh
ini tidak melibatkan lockdown, tidak ada
penghalang jalan dan tidak ada pembatasan gerak. Melacak,
menguji, dan mengobati adalah moto mereka. Sejauh ini negara yang berpenduduk
lebih dari 50 juta ini telah menutup sekolah, mendorong pegawai kantoran untuk
bekerja dari rumah (work-at-home), dan menghentikan adanya pertemuan
besar.
Secara perlahan dari hari ke hari, semakin banyak orang yang
kembali ke jalan-jalan ibu kota, Seoul. Sarana public seperti restoran, bus,
dan kereta bawah tanah mulai ramai kembali. Berurusan dengan virus corona
adalah aktivitas normal yang baru bagi mereka.
Kebanyakan orang menggunakan masker (jika mereka bisa mendapatkannya), juga ada
kamera thermal-imaging di pintu masuk ke bangungan besar, botol sanitiser tangan ditempatkan pada lift, bahkan ada
orang yang mengenakan kostum di pintu masuk kereta bawah tanah untuk
mengingatkan Anda untuk mencuci tangan.
5.
KESIMPULAN
Beberapa dari implementasi yang dilakukan oleh Korea Selatan telah
dilakukan oleh Indonesia, seperti menutup sekolah didaerah dengan tingkat
penyebaran tinggi, memberikan himbauan untuk tidak pergi acara yang dihadiri masal,
memberikan informasi secara update mengenai pasien yang terjangkit Covid-19
setiap harinya, memberikan edukasi ke masyarakat terkait Covid-19, dan
menyediakan hotline center. Namun, beberapa hal perlu ditingkatkan seperti
adanya pemeriksaan masal di daerah penyebaran, botol sanitiser tangan di
berbagai sarana publik, sterilisasi berkala area publik, himbauan work at
home (bagi yang bisa), kerjasama dengan laboratorium uji swasta, pengumuman tentang daerah penyebaran dan
dugaan sumber infeksi setiap harinya mungkin dapat menghindarkan Indonesia
dari pilihan terburuk yang dapat diambil seperti lockdown.
REFERENSI
Perlu komitmen seluruh elemen warga utk mencegah penyebaran virus Corona. Bukan memanfaatkan dlm kesulitan utk mengecam & menyalahkan...
BalasHapus