Perubahan iklim, ya? Yang katanya bumi lebih panas tiga derajat itu?
Ah… Itu kaya’nya Hoaks deh… Cuma dibuat-buat oleh pegiat iklim atau elit global saja supaya kita tidak bisa hidup enak…
Pegiat iklim ‘sih bilangnya,
perubahan iklim itu peningkatan suhu permukaan bumi karena peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca seperti uap air, metana, ozon, karbon dioksida,
klorofluorokarbon (CFC), dan dinitrogen oksida.
Konsentrasi karbon
dioksida telah meningkat di atmosfer sebesar 30% sejak tahun 1950, yang
merupakan peningkatan yang signifikan. Hal ini disinyalir karena aktivitas
kita, manusia. Kita? Iya… kita… Kita manusia terutama bergantung pada bahan
bakar fosil untuk menghasilkan energi, dimana pembakaran bahan bakar ini
menghasilkan jumlah karbon dioksida, uap air, dan dinitrogen oksida. Batubara,
gas alam, dan minyak bumi merupakan jenis bahan bakar fosil yang paling banyak
digunakan.
Kita juga dituduh tidak
hanya meningkatkan karbon dioksida, tetapi juga mengganggu siklus karbon. Hal
ini dikarenakan kita menebangi hutan secara berlebihan, atau disebut
deforestasi. Deforestasi menyebabkan tidak ada lagi pohon yang menyerap karbon,
sehingga konsentrasi karbon dioksida yang diserap menurun. Sebanyak 30% emisi
gas rumah kaca tahunan disebabkan oleh deforestasi. Pembakaran pohon juga
melepaskan karbon dari pohon sebagai CO2, yang akan memperparah
akibat deforestasi. Double combo, ya 😊 Padahal ‘kan kita membutuhkan
penebangan hutan untuk membuka lahan, untuk ekonomi. Kalau tidak menebangi
hutan, kita tidak punya rumah dan tidak bisa makan ‘kan?
Perkembangan ekonomi
berkaitan dengan peningkatan produksi, yang menyebabkan konsumsi energi dan polusi
yang lebih besar. Hal ini menyebabkan peningkatan konsumsi bahan bakar fosil
dan emisi karbon untuk proses produksi, makanya kondisi lingkungan menjadi
memburuk. Padahal ekonomi kita sudah mulai membaik. Kita mulai bisa memperbesar
kapasitas produksi dan mulai bisa ekspor, jadi bisa meningkatkan perekonomian
negara. Masa’ iya kita jadi tersangka perubahan iklim?
Pembukaan lahan pertanian
dan peternakan juga berkontribusi pada peningkatan emisi karena pembakaran
biomassa untuk proses deforestasi dan pengelolaan menyumbang emisi karbon yang
besar. Perubahan lanskap membutuhkan investasi modal skala besar karena membutuhkan
pembangunan irigasi skala besar dan drainase lahan basah, yang mengubah
ekosistem lokal secara permanen. Contohnya, pembangunan infrastruktur jalan
raya dan bendungan hidrolistrik Brasil di Amazon menunjukkan bagaimana
investasi dapat menyebabkan ledakan populasi yang tidak terduga dan tidak
berkelanjutan. Ledakan ini menyebabkan diperlukannya pelayanan publik yang
memadai, mata pencaharian, yang pada akhirnya menimbulkan deforestasi lebih
banyak dan konsekuensi iklim.
Pegiat lingkungan juga
bilang bahwa penyumbang terbesar kedua terhadap pemanasan global adalah emisi
metana, dimana jumlah emisi metana telah meningkat lebih dari dua kali
lipat selama 150 tahun terakhir. Sebanyak hampir 60% emisi metana
berasal dari aktivitas manusia, seperti dari proses pengambilan gas alam, peternakan,
pertanian, kotoran manusia, dan dari tempat pembuangan sampah. Ngarang
banget, ‘kan? Masa’ iya dari peternakan dan kotoran
kita saja bisa menimbulkan pemanasan global?
Penelitian lain juga
menyebutkan peningkatan pendapatan meningkatkan pemanasan global. Orang-orang
yang gajinya tinggi cenderung mengkonsumsi energi dan emisi karbon yang lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan status sosial ditandai dengan
pembelian barang dan jasa yang intensif karbon, seperti rumah
besar, kendaraan bermotor banyak dan besar, pesawat pribadi, penggunaan AC
secara berlebihan, liburan yang sering. Selain itu, penggunaan barang-barang
yang menggunakan energi besar, seperti pemanas dan pendingin ruangan, catokan
rambut, penggunaan lampu yang tidak efisien, dapat meningkatkan emisi.
Penggunaan AC juga memperparah perubahan iklim dengan pelepasan
kloroflorokarbon (CFC). CFC dapat bersentuhan dengan sinar matahari di
atmosfer, kemudian menghancurkan ozon menjadi molekul oksigen. Lapisan ozon di
atmosfer menjadi menipis dan sinar ultraviolet tidak terserap langsung masuk ke
bumi, menyebabkan kita terkena radiasi UV yang lebih intens.
Kita yang sudah mulai
punya gaji besar, masa’ iya tidak boleh membeli barang-barang
itu, rumah mewah, mobil besar dan banyak, liburan juga tidak boleh?? Itu kan
hak kita… apalagi kita butuh healing ‘kan di
kehidupan yang keras ini… Gimana nanti kalau dilihat tetangga?? Followers?? ‘kan kita
harus pamer dengan kehidupan sosial kita… Nanti kalau tidak punya barang-barang
mewah tinggi energi dan tidak beli mobil, tidak liburan, apa yang bisa
dipamerkan di Instagram??
Selain itu, semua plastik
dan sampah yang selama ini kita sudah buang di tempat sampah, katanya juga
penyebab perubahan iklim. Saat sampah terdegradasi, bahan kimia dan
mikropartikel yang dilepaskan dapat menyebabkan sejumlah masalah. Misalnya,
puntung rokok, yang biasa kita buang sembarangan itu, mengandung bahan kimia
seperti arsenik dan formaldehida. Racun yang berdampak negatif bagi manusia dan
hewan ini masuk ke tanah dan sumber air tawar. Faktanya, 60% pencemaran
air disebabkan oleh sampah.
Selain mencemari air dan
tanah, sampah juga mencemari udara. Peneliti memperkirakan lebih dari 40%
sampah dunia dibakar di udara terbuka, yang dapat melepaskan emisi beracun.
Emisi ini menyebabkan masalah pernapasan, masalah kesehatan lainnya, dan bahkan
menjadi awal terjadinya hujan asam.
Hewan yang tak berdosa
juga menjadi korban dari sampah yang kita buang setiap hari. Para peneliti
memperkirakan lebih dari satu juta hewan mati setiap tahun setelah
menelan atau terperangkap dalam sampah yang dibuang atau tidak diolah secara
tidak benar. Sampah plastik adalah pembunuh hewan yang paling umum, terutama
hewan laut. Setiap tahun, lebih dari 100.000 lumba-lumba, ikan, paus, penyu,
dan lainnya tenggelam setelah terjerat atau mencerna sampah plastik.
Selain itu, sampah yang
tidak dibuang dengan benar adalah tempat berkembang-biaknya bakteri dan penyakit.
Hal ini dapat terjadi bila kita secara langsung menyentuh sampah atau
ditularkan melalui hewan atau serangga yang bersentuhan dengan sampah yang
terkontaminasi kuman.
Dari uraian ini,
sepertinya pemanasan global hanya hoaks dari elit dan pegiat lingkungan saja
supaya kita tidak bisa hidup lebih sejahtera, 'kan? Karena
kesejahteraan saat ini dinilai dari seberapa banyak barang dapat “memanjakan
kita”, seperti bepergian dengan mobil, penggunaan AC, pemanas air,
catokan, air fryer, dan lain sebagainya yang membutuhkan banyak
energi. Tenang saja, itu hanya hoaks… Tak perlu ‘lah kita
pusing-pusing memikirkan cara menghentikan perubahan iklim, seperti mengurangi
penggunaan energi dan emisi; menggunakan transportasi umum ketimbang kendaraan
pribadi; pengolahan sampah; reboisasi; atau penggunaan energi hijau. Kita
lanjutkan saja gaya hidup konsumtif, boros energi dan abai kita. Toh isu
ini selalu diangkat setiap tahun, tapi belum ada konsekuensi langsungnya ke
kita ‘kan? Kecuali cuaca yang makin panas dan ekstrim, berita-berita
kekeringan, banjir, kekeringan, dan banyaknya hewan-hewan mati. Terakhir, saya
juga pegiat lingkungan lho, jadi jangan percaya apa yang saya katakan ya, nanti
hoaks 😊
Komentar
Posting Komentar